Dr. Ir. H.
Soeharto (Bung Karno)
Presiden
Pertama Ri adalah proklamator kemerdekaan RI, dwitunggal bersama Bung Hatta.
Bung Karno lahir di Blitar, Jawa Timur pada 6 Juni 1901. Lulus sebagai insinyur
di ITB Bandung. Semenjak masih kuliah sudah aktif berjuang melawan penjajah
untuk kemerdekaan bangsanya.
Pada tanggal
4 Juli 1927 mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) Bung Karno berhasil
merumuskan sendi perjuangannya untuk membela kepentingan rakayat kecil atau
rakyat Marhen. Maka ajarannya disebut Marhenisme (berbeda dengan istilah
ploletar yang kaum buruh/bekerja untuk orang lain). Si Marhen ini menjadi
majikan untuuk dirinya sendiri tetapi mamang rakyat kecil.
Setelah
menjadi presiden, perjuangannya di dunia internasional menjadi pelopor gerakan
kemerdekaan rakyat Asia Afrika. Beliu yang mensponsori Konferensi Asia Afrika
di Bandung tahun 1955. Pelopor gerakan Nonblok bersama Yoseph Bross Tito
(Yuugoslavia), J. Nehru (India), dan Gamal Abdul Naser.
Di dalam
negeri dia dengan Manifesto Politik mengajarkan bahwa kekuatan nasional
berdasarkan poros Nasakom (Nasional, Agama, dan Komunis). Oleh sebab itu,
tatkala ada pemberontakan G30S/PKI, (Gerakan 30 September) Bung Karno menyebut
sebagai Gestok (Gerakan Satu Oktober).
Segenap bangsa mengutuk tindakan PKI, tetapi Bung Karno tidak mau menyudutkan
Komunis/Marxisme, karena komitmen dengan asas pikiran Bung Karno tentang
Nasakom. Pada saat situasii kacau tak menentu, karena Pimpinan AD (Letjen A. Yani,
gugur) Pangab Jenderal Nasution sakit, pelaksanaan pemulihan keamanan dilakukan
Mayjen Soeharto. Untuk kepentingan pumulihan keamanan dan ketertiban, maka Bung
Karno menyetujui adanya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), yang inti
surat adanya pelimpahan kewenangan dari Presiden, Pangti ABRI, Pemimpin Besar
Revolusi kepada Mayjen Soeharto Pangkostrad untuk mengambil langkah guna
pemulihan keamanan dan menjaga ketertiban, mengamankan wibawah Pemimpin Besar
Revolusi, dan ajaran-ajarannya.
Langkah pertama
Maejen soeharto dengan Supersemar adalah pembubaran Partai Komunis Indonesia
dan seluruh onderbauw partai untuk memberikan jawaban atas keinginan rakyat.
Kemudian
dengan krisis kepemimpinan nasional, MPRS mengadakan siding istimewa untuk
meminta pertanggungjawaban presiden. Dan Bung Karno memberikan jawaban dalam SI
MPRS dengan pidato yang berjudul Nawa Aksara. Namun pidato itu ditolak oleh
MPRS, dan dengan demikian jabatan Bung Karno selaku Presiden dan Mandataris MPR
dicabut. Kemudian MPRS menugasi Soeharto sebagai pejabat sementara presiden.
Begitu tahun
1965, presiden Soekarno sering jatuh sakit. Untuk selanjutnya setelah lengser,
kesehatan Bung Karno semakin parah. Akhirnya pada hari Minggu tanggal 21 Juni
1970 Bung Karno meninggal duni di RSPAD Jakarta dan dikebumikan di kota
kelahirannya Blitar, Jawa Timur.